Rabu, 10 Agustus 2011

Ulang Tahun Kelam AREMA

Hari ini, 11 Agustus 2011, menjadi saat istimewa bagi Arema FC maupun supporternya Aremania. Ya, klub bermaskot singa ini merayakan ulang tahunnya yang ke-24. Selama itu pula Arema FC menempuh perjalanan di kompetisi sepakbola nasional, baik Galatama maupun Liga Indonesia.

Sayang ulangtahun kali ini terlihat muram dan berbanding terbalik dengan perayaan tahun lalu. Pada 2010 silam, hari lahir Singo Edan disambut antusias dan sangat meriah, terlebih klub ini baru menempati tahta juara Indonesia Super League (ISL).

Tapi tahun ini suasana sangat berbeda. Problem yang mendera klub membuat antusiasme mengendur drastis. Sengketa manajemen, belum terbayarnya gaji pemain, serta finansial yang belum jelas, membuat ulang tahun kali ini menjadi kelam.

Bahkan murungnya suasana ulang tahun ini hampir sama dengan saat Arema terdegradasi ke Divisi I pada 2003 silam. Manajemen juga tidak mempunyai agenda besar untuk memeriahkan ulang tahun klub yang usianya hampir menyentuh seperempat abad.

"Tidak ada acara besar. Hanya ada bazar di sekitar kantor Arema dan mungkin ada syukuran juga. Karena bertepatan dengan bulan puasa, kita sengaja menggelar dengan sederhana. Malah rencananya juga tidak ada konvoi," kata Media Officer Arema FC Sudarmaji.

Padahal, biasanya ulang tahun Singo Edan menjadi salah satu 'prosesi' terbesar di Kota Malang, bahkan gairahnya melebihi ulang tahun Kota Malang sendiri. Hari kelahiran klub pujaan Aremania selalu diwarnai dengan konvoi yang melibatkan supporter di seantero Malang hingga Kota Batu.

Sebenarnya bukan Aremania saja yang kendor gairahnya dengan kondisi klub. Pemain pun juga merasakan hal yang sama. Malah beberapa pemain pilih menetap di mess pemain walau kontrak mereka sudah kedaluwarsa pada 31 Juli silam.

Mereka tinggal bukan karena loyal dan ngotot membela Arema musim depan, namun karena menunggu pencairan gaji yang belum juga terealisasi. Sejumlah pemain mengaku tetap akan tinggal di mess Jalan Welirang hingga gaji benar-benar ditransfer.

Situasi seperti ini membuat Aremania sangat prihatin sekaligus tak bisa berbuat apa-apa selain menuntut persoalan segera selesai. "Ini baru pertama kainya dan kami hampir tak percaya Arema mengalaminya," tutur Panca Putra.

Ketua Aremania Kampus Universitas Merdeka ini menambahkan, "Kalau persoalan sulit mencari uang, itu sudah sering dan biasa saat era Lucky (Zaenal) dulu. Tapi perpecahan manajemen baru kali ini terjadi dan ini membuat Aremania malu."

Aremania kini hanya bisa menuntut penyelesaian masalah tanpa ada solusi riilnya. Sedangkan di beberapa kubu ada pula Aremania yang terpecah. "Benar sekali kalau dikatakan ini ulang tahun paling menyedihkan. Lebih menyedihkan dibanding terdegradasi," tandas Panca.
(seb)